Aku
adalah seorang karyawati sebuah perusahaan swasta di kota kembang,
kalau untuk penghasilan mungkin boleh dibilang lebih dari cukup untuk
seorang yang masih sendiri seperti aku, lagipula usiaku masih terbilang
muda, sekitar 24 tahun. Kata orang sih aku masih senang jalan-jalan,
lagian aku juga cepat akrab dengan orang-orang yang baru kenal denganku.
Yach itu juga mungkin satu kelebihanku. Mungkin itu sedikit gambaranku
saat ini.
Seperti biasa, sepulang kerja aku masih menyempatkan diri pergi ke pusat
pertokoan yang ada di kota ini, sekalian lewat pikirku, lagipula aku
ingin sedikit melepas penatku yang seharian tadi di belakang meja terus.
Tengah asyik memperhatikan baju-baju yang kulihat tiba-tiba ada seorang
pemuda yang tanpa sengaja menubrukku dari samping dan kulihat pemuda
itu juga sama terkejutnya denganku. Kupikir dia juga tanpa sengaja
menubrukku tapi yang jadi masalah tasku ikut terjatuh dan isinya
beberapa tercecer keluar. Dengan sigap aku cepat memunguti kembali
barang-barangku yang tercecer, tapi pemuda tadi juga tak kalah sigapnya
turut membantuku mengumpulkan barang-barangku yang jatuh sambil berkata,
"Maaf.. maaf.. Mbak.. saya nggak sengaja.." begitu katanya dengan wajah
yang merasa berdosa, aku hanya tersenyum saja melihat dia seperti itu.
Aku berpikir dalam hati, dia tampan dan berbadan bagus. Aku jadi nggak
terlalu ambil pusing dengan hal tadi.
Kemudian setelah semuanya beres, kembali dia megucapkan permohonan maaf.
Kemudian dia berkata lagi, "Mbak, maaf sekali yach.. saya nggak
sengaja, gini aja dech Mbak.. untuk menebus salah saya tadi, kalau Mbak
nggak keberatan saya ingin mengajak Mbak makan di sana, boleh yach..?"
begitu katanya dengan wajah memelas.
"Nggak usah repot-repot.." kataku, "Lagipula kan itu nggak sengaja kamu lakukan.."
Kemudian dia berkata lagi, "Please.. Mbak kalau nggak saya akan sangat
ngerasa bersalah sekali, apalagi kertas-kertas Mbak tadi jadi sedikit
kotor.." begitu katanya memohon. Terus kupikir yah tidak ada salahnya,
apalagi aku pun sudah punya niat untuk makan dulu sebelum pulang nanti,
maklumlah kalau sudah pulang aku paling males kalau harus keluar rumah
untuk membeli makanan, soalnya rumahku jarang ada yang jualan makanan.
Kemudian aku dan pemuda tersebut masuk ke sebuah restoran yang cukup
asyik juga buat santai sambil menikmati makanannya. Setelah memesan
makanan kemudian kami ngobrol sambil menunggu makanan datang. "Siapa
nama Mbak..?" dia membuka pembicaraan.
"Diah.." jawabku singkat, "Dan kamu sendiri.." aku balik bertanya.
"Ryan.." jawabnya.
Akhirnya kami akrab berbincang kesana kemari sambil menikmati
makanannya. "Mbak.. aku antar pulang yach.. lagian di luar hujan.." kata
Ryan menawarkan. Aku hanya tersenyum saja sambil mengangguk, lagipula
kebetulan beberapa hari ini aku tidak membawa mobil karena harus
diperbaiki. Kemudian kami pun pulang, setelah berkeliling-keliling kota
sebentar. Sementara hujan di luar sangat deras. "Ryan..! masukkan saja
mobilnya ke garasi, nggak ada mobil kok, lagi di bengkel," kataku.
Setalah mobil diparkir di garasi kemudian kami pun masuk ke dalam rumah.
Wah bajuku basah sehabis membukakan pintu pagar tadi.
"Minum apa Yan.." kataku.
"Ah nggak usah repot-repot," katanya sambil asyik memperhatikan koran dan juga majalah yang ada di meja tengah rumah.
"Kamu di sini sendirian Diah.." tanyanya.
"Iya.. emangnya kenapa..?" aku balik bertanya.
"Ah nggak apa-apa, Apa kamu nggak takut..?" katanya lagi.
"Nggak tuch.. lagian aku udah biasa sendiri kok," kataku lagi.
Ryan sibuk melihat-lihat majalah dan juga beberapa VCD yang sudah
kukoleksi sejak setahun yang lalu. "Wah kamu seneng film-film semi juga
yach.. wah ini juga malah ada Film Blue-nya.. kalau mau aku juga ada di
rumah.." kata Ryan dari dalam, sementara aku dari dapur mendengarkan
sambil membuat minum untuknya. "Ini Yan minumnya.. Eh aku mau mandi dulu
yach.. rasanya udah mulai nggak enak nich badanku, kalau kamu mau
nonton ya nonton aja, bisa kan?" kataku sambil menunjukkan beberapa film
lagi di dalam lemari. Sementara itu Ryan asyik memilih film, aku mandi.
Rasanya asyik juga nich kalau berendam di bathtub pikirku. Badanku
rasanya segar kembali. Baru beberapa saat aku berendam tiba-tiba Ryan
memanggilku dari luar. "Diah.. Diah..! ada telpon tuch.." dan kudengar
bunyi telponnya pun terus berdering. Aku pun dengan segera mengambil
handuk dan dengan tergesa keluar sambil sedikit berlari, aku tidak
sempat lagi mengelap air yang masih membasahi sekujur tubuhku. Aku
berjalan ke dekat sofa dekat Ryan yang tengah duduk di bawah dan asyik
menonton dan telepon pun segera kuangkat sambil duduk sedikit di sofa di
samping atas Ryan.
"Hai Rin.. ada apa," jawabku.
"Ah nggak, hanya kangen saja kok.." terdengar jawaban dari ujung sana.
Setelah beberapa saat ngobrol dengan Rini, mataku sambil tertuju melihat
film yang tengah diputar Ryan dan kebetulan film yang beberapa hari
lalu kubeli dan belum sempat kuputar. Aku sempat terangsang melihat
adegan yang tengah berlangsung di dalam film itu. Bagaimana tidak,
kulihat seorang pria tengah menciumi selangkangan seorang wanita cantik
dan kulihat wanita itu tengah menikmati rangsangan yang diberikat si
pria dengan sedikit mengerang dan matanya memejam menahan kegelian yang
tengah dirasakannya. Aku pun seakan tengah merasakan kegelian yang
dirasakannya dan bulu bulu halus di sekitar kemaluanku pun seakan terasa
meremang menyaksikan adegan tersebut. Untuk sesaat aku terhayut, dan
tanpa kusadar Ryan sesekali memperhatikan tingkahku yang seakan ikut
terangsang. Tampaknya Ryan jeli melihat apa yang tengah kurasakan.
Kemudian dia pun sedikit mendekat dan mulai meraba kakiku yang masih
basah oleh air. Kemudian tangannya mulai naik meraba mulutku dan
bibirnya pun mulai mempel di pahaku yang terlihat putih. Dengan leluasa
aku membiarkan tangan Ryan meraba dan bibirnya menjilati pahaku
sementara handuk yang kupakai tadi sudah tidak karuan lagi menutupi
tubuhku, aku mulai menggeliat menahan geli yang teramat manakala bibir
dan lidah Ryan mulai menjalar ke arah pangkal pahaku.
"Ryan.. Ryan.. geli.. aku meremas-remas handuk yang kupegang dan juga
rambut kepala Ryan yang kupegang, sementara mataku terpejam dan kepalaku
kurebahkan kesandaran sofa menikmati jilatan dan juga rabaan di sekujur
tubuhku, geli yang luar biasa. Aku beberapa kali terpekik kecil menahan
geli yang teramat sangat dan aku pun sangat terangsang. Kulihat Ryan
semakin mamahami titik-titik rangsangku dan terlihat semakin ganas
menyerangku.
Perlahan tangan Ryan mulai menggerayangi tubuhku bagian atas, buah
dadaku yang terlihat membusung di balik handuk yang masih sedikit
menutupinya. Ryan kembali menghujamkan ciuman dan juga jilatannya ke
arah leherku yang sedikit jejang dan basah oleh air yang belum sempat
kuseka oleh handuk. Aku tak kuasa lagi menahan geli yang teramat. "Akh..
akh.." nafasku sedikit tak teratur menahan semua itu. Ryan semakin
berani dan mulai menurunkan ciumannya ke arah kedua gunung kembar yang
mulai tersembul ketika handuk yang menutupinya sedikit tersingkap.
Sementara kedua putingku terasa menahan gejolak seakan ingin cepat
dikulum oleh mulut Ryan yang jilatannya terasa membuat tubuhku melayang.
Tanpa banyak basa basi lagi Ryan langsung menjilati dan mengulum buah
dadaku satu persatu seolah ingin semua dihabiskannya. Aku semakin
menggeliat dan memekik kecil, "Akkh.. akhhh.. Ryan.. teruskan..
teruskan.. akh.. ahkk.." Ryan semakin ganas dan jilatannya terus turun
ke arah kemaluanku yang tersembunyi diantara bulu-bulu halus dan lumayan
banyak itu aku menggeliat semakin jadi menahan jilatan Ryan yang
semakin gila. "Ahk.. ahk.." aku berusaha membuka celana Ryan dan juga
bajunya yang terlihat sedikit berkeringat. Ryan mengerti maksudku,
kemudian dia membuka celananya. Dari celana dalamnya yang putih itu
kulihat senjata Ryan mulai menegang. "Besar juga.." pikirku dalam hati
sambil kupandangi Ryan dengan senyuman yang menggoda.
Kemudian kukeluarkan senjatanya dan mulai kujilati perlahan dan sesekali
kukulum dalam dalam senjata Ryan yang semakin membesar itu. Kulihat
Ryan mengerang menikmati jilatanku. Aku semakin terangsang melihat
senjata Ryan yang semakin menegang itu, kemudian aku mulai mengarahkan
senjatanya ke arah bibir vaginaku yang sedari tadi sudah terbuka siap
menyambut senjata Ryan yang akan masuk. "Cepat masukkan Ryan," kataku,
"Aku sudah tak kuat lagi ingin merasakannya."Ryan dengan cekatan mulai
menggenjotkan senjatanya. Aku terpekik sesaat dan meregang meremas
pantat Ryan yang mulai bergerak menggenjot vaginaku. "Akh.. ahk..
terus.. terus Ryan.. jangan berhenti.."
Ryan mengganti posisinya, kali ini aku mengarah ke arah sandaran sofa
sementara Ryan dari belakang memasukkan senjatanya ke vaginaku. Aku
berusaha menikmati genjotan Ryan yang terasa membuatku terengah menahan
emosiku yang semakin memuncak. "Auhkkk.. ahkk.. ahk.." tanpa terasa
keringatku pun terus mengalir membasahi tubuhku. Kulihat Ryan mulai
mengganti posisinya lagi, kali ini dia duduk di sofa sementara aku duduk
di pangkuannya. Sekarang saatnya aku yang menggenjotnya perlahan,
sementara Ryan berusaha mengulum buah dadaku yang semakin mekar dan
membusung. Rambutku kubiarkan terurai ke belakang sementara mataku
terpajam menikmati hentakan-hentakan yang membuatku semakin merasa
terangsang. Aku mengejang beberapa kali, kurasakan ada yang keluar dari
dalam vaginaku, sementara Ryan semakin gila menggoyang dari bawah.
Aku segera memeluk Ryan dan Ryan pun dengan erat memelukku.
"Diah.. Diah.. aku akan keluar.."
"Keluarkan saja di dalam Ryan.." kataku beberapa saat dari situ Ryan
semakin erat memelukku, mengejang dan kurasakan sesuatu yang hangat
seakan mengalir ke dalam vaginaku. "Cret.. crrreeett.. crrettt.. akh..
akh.. akh.." Aku terduduk lemas, begitu pula Ryan. Untuk beberapa saat
aku istirahat, kemudian aku bergegas mandi. Ryan kulihat masih kelelahan
sambil tiduran di sofa.
Semenjak itu kami selalu melakukannya di rumah atau juga di hotel. Tapi
sekarang kami sudah tidak pernah bertemu lagi, kami memutuskan untuk
berpisah baik-baik sementara Ryan pulang ke daerah asalnya.